JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah melalui Kementerian ESDM hari ini mengumumkan rencana pembatasan konsumsi premium untuk sepeda motor. Kontan, wacana itu menuai suara miring dari para biker.

Oktavianus Banu Sunarko (29), salah seorang karyawan swasta yang bekerja di daerah Thamrin, Jakarta Pusat, dan tinggal di Sawangan, Jawa Barat, mengaku sangat keberatan dengan rencana kebijakan pemerintah tersebut. Menurutnya, kenapa pemerintah tak menaikkan harga pertamax dan mengonversi subsidi dari premium.

"Jangan orang susah dibuat lebih susah lagi. Kalau harus pakai pertamax bisa-bisa enggak setiap hari bisa pakai motor, yang ada kerjaan jadi terhambat. Sudah pasti jadi high cost untuk pengeluaran," ujar Banu kepada Kompas.com, hari ini.

Hendi Yusuf (21), mahasiswa Universitas Indonesia di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya semester delapan juga berpendapat serupa. Yusuf mengatakan, harga BBM yang terjangkau dengan kantong pelajar cuma premium, bukan yang lain.

"Saya biasa isi bensin Rp 10.000 sudah dapat 2,2 liter, kalau pertamax cuma dapat 1,4 liter, jadi enggak masuk sama kantong kita," ungkap Yusuf.

Lain lagi komentar Mahendra Pajar Santosa (27), karyawan swasta yang bekerja di daerah Sudirman dan tinggal di Pondok Kopi, Jakarta Timur. Ia tak setuju dengan rencana pemerintah membatasi konsumsi premium. Namun, menurutnya, ada juga dampak positif yang bisa diperoleh dari pemberlakuan kebijakan pemerintah itu.

"Memang, bagi orang yang berpenghasilan rendah, kebijakan ini sangat tak masuk akal. Tapi, kalau dari segi lingkungan, penggunaan pertamax memang lebih baik dan juga memperingan APBN pemerintah. Tapi saya tak setuju dengan kebijakan ini. Terlalu memojokkan yang lemah," kata Mahendra.

Saat ini, mayoritas pengguna motor merupakan masyarakat dari kalangan menengah ke bawah. Dari data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), dari total penjualan motor (seperti dari Januari-April 2010, 2,3 juta unit), lebih dari 90 persen yang dibeli adalah motor 50 cc sampai 125 cc dengan harga rata-rata Rp 12 juta per unit.

Wajar jika mayoritas pengguna motor mengonsumsi premium ketimbang pertamax. Para biker merasa keberatan jika diwajibkan mengonsumsi BBM non-subsidi.

Penulis: AGK
Editor: bastian

0 komentar: